Saya suka tidak habis pikir atas beberapa tindakan sadar lingkungan yang dilakukan masyarakat yang bersifat paradoks, gembar-gembor promosi aksi hijaunya 'ramai' dimana mana, tapi tindakan masyarakatnya (tanpa sadar) berkebalikan dengan promonya itu.
Sebagai contoh: kampanye Go Green dengan pawai motor atau mobil. Katanya Go green, kok tidak tahu bahwa emisi dari kendaraan bermotor yang mereka kendarai dapat menyebabkan polusi udara?.
Atau fakta aksi menolak penebangan hutan liar di pedalaman indonesia, tapi pemberitahuan aksinya justru lewat brosur atau selebaran, namun di sisi lain mereka buang-buang kertas yang bernotabene asalnya dari pohon dan masih bisa di daur ulang menjadi barang yang lebih bermanfaat lagi.
Mungkin ironi yang pernah saya alami yang berkenaan dengan Go Green ini yaitu mencoba langsung membuat Pupuk Kompos serta membuat daur ulang plastik di sekolah dan menjadi barang yang lebih berguna seperti contohnya : vas bunga, tas, hiasan dll.
Tidak hanya itu kami juga melakukan pola gaya Hidup Sehat Bersih dan Indah.
Saya mendukung gaya hidup sehat yang tercipta dari gerakanGo Green ini. Namun masyarakat haruslah melakukan riset terlebih dahulu sebelum ikut-ikutan tren hijau. Saya rasa butuh waktu untuk mengadopsi sesuatu. Semoga masyarakat lebih bijak memilih yang baik untuk dirinya.
Oh ya mungking salah satu lagi paradokisme yang saya saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Kita sering mengeluh panas keringatan setiap kali terasa panas. Dan setiap kali itu kita berpaling ke AC ( Air Conditioner ) sebagai jawaban " kepanasan " tersebut. Bahwa AC tersebut mengandung Freon sementara Freon merupakan salah satu kontributor penyebab ozon bolong. Saya rasa kita perlu ilmuwan untuk mengganti freon dengan sesuatu yang bersahabat.
0 comments:
Post a Comment